Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M.) memiliki sistematika sebagai berikut (Hutapea, 1991):
Division : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Composite
Genus : Stevia
Spesies : Stevia rebaudiana Bertonii M.
Stevia adalah tanaman semak yang berasal dari famili Compositae. Tingginya ± 65 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang.
Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada stevia adalah stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak mengandung kalori (Tirtoboma,1988).
Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku pembuat gula atau pemanis alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada waktu kandungan stevioside maksimal yaitu tanaman telah berumur 40-60 hari, tinggi tanaman 40-60 cm, berdaun rimbun, dan menjelang stadium berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunaka gunting pangkas yang tajam (Rukmana, 2003).
Agar kadar kemanisan dapat dipertahankan daun harus segera dirempel/ dilepas dari dahannya dan dikeringkan setelah panen. Pasar ekspor menghendaki daun yang memiliki kadar air maksimal 10% dan kandungan kotoran maksimal 3%. Tanaman stevia sangat potensial dikembangkan sebagai bahan baku gula (pemanis) alami pendamping gula tebu dan pengganti gula sintetis. Kelebihan gula stevia antara lain tidak bersifat karsinogen dan rendah kalori (Paimin, 2004).
Stevia adalah suatu sumber bahan pemanis alami yang mempunyai tingkat kemanisan 200-300 kali lebih manis daripada gula tebu. Tanaman ini sudah lama digunakan sebagai bahan pemanis pada makanan dan minuman (Darmoko dan Oskari, 1984).
Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Secara vegetatif umumnya diperbanyak dengan stek batang. Perkembangbiakkan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatkan biji cukup sulit, waktu pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan stevioside tanaman induk lebih rendah (Lutony, 1993).
Para peneliti berusaha mencari dan menemukan bahan obat baik yang modern maupun tradisional. Kebijaksanaan Obat Nasional menyebutkan berbagai langkah penanggulangan diperlukan agar dapat dicapai hasil yang berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah zat pemanis dari Stevia rebaudiana Bertonii mempunyai sifat hipoglikemik atau tidak. Stevia rebaudiana Bertonii dapat digunakan sebagai makanan berkalori rendah bagi penderita diabetes, orang kegemukan dan penderita gigi berlubang.
Dengan hadirnya tanaman stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menggantikan kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis karena gula stevia ini mempunyai tingkat kemanisan yang mampu menandingi gula sintetis.
Saat ini pemakaian akan gula sintetis dan pemanis buatan telah berkembang di Indonesia bahkan hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan dikarenakan harga pemanis sintetis dan pemanis buatan jauh lebih murah dibanding dengan harga gula yang terus meningkat. Padahal efek yang akan ditimbulkan dari pemakaian pemanis tersebut apabila terus menerus digunakan akan sangat membahayakan kesehatan manusia.
Untuk itu perlu diadakan suatu penyuluhan kepada petani tentang budidaya tanaman stevia karena di Indonesia tanaman ini masih tergolong belum banyak dikenal sehingga apabila petani mampu membudidayakan dan mengembangkannya pasti akan dapat meningkatkan pendapatan mereka karena tanaman ini akan diminati banyak orang. Berikut ini adalah langkah-langkah membudidayakan stevia:
Pembibitan stevia
Penyediaan bibit stevia dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan benih, setek, anakan, dan kultur jaringan. Tetapi kebanyakan menggunakan setek karena lebih cepat dan praktis. Teknik pembibitan dengan setek dilakukan dengan menggunakan sungkup plastik kedap udara yang dinaungi sehingga suhu dalam sungkup rendah dan kelembabannya mendekati 100%. Sekitar 3-4 minggu kemudian setek sudah dapat dipindahkan ke lahan yang telah disediakan sebelumnya.
Penanaman stevia
Sebelum melakukan penanaman lahan dicangkul atau dibajak sebanyak dua kali sehingga diperoleh tekstur tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang kira-kira 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan dan lebar antara 100-125 cm. Ketinggian masing-masing bedengan cukup sekitar 20 cm. Apabila penanaman dilakukan pada lahan berkontur miring, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu.
Bibit ditanam dengan jarak tanam 25×25 cm atau 30×30 cm, sehingga setiap bedengan berisi 4-5 baris tanaman. Sebaiknya pada setiap lubang tanam diberi sekitar 250 g pupuk organik (pupuk kandang atau kompos). Waktu yang dianggap terbaik untuk menanam stevia adalah saat musim hujan agar persediaan air mencukupi dan tanaman cepat segar kembali (biasanya 1-2 hari setelah penanaman).
Setelah pembibitan dan penanaman stevia, kali ini kita akan membahas pemeliharaan, hama tanaman dan pemanenan daun stevia.
Pemeliharaan stevia
Pekerjaan terpenting di dalam pemeliharaan tanaman stevia adalah pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama serta penyakit. Satu minggu setelah ditanam, setiap tanaman perlu diberi pupuk buatan masing-masing 1 g Urea, 1 g TSP dan 1 g KCL. Pemberian pupuk buatan tersebut diulang lagi setiap kali stevia baru dipanen. Pada saat tanaman stevia berumur 2 minggu, sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membentuk percabangan sehingga produksi daun akan lebih banyak.
Tentu saja bila kita ingin memperoleh daun tanaman organik kita hanya mengganti pupuk kimia diatas dengan pupuk organik berupa pupuk kompos atau pupuk kandang.
Hama tanaman stevia
Hama yang mungkin menyerang stevia adalah kutu daun dan ulat. Hama yang berupa kutu diantaranya adalah kutu daun Aphis sp yang dapat merusak pucuk. Sedangkan hama yang berupa ulat diantaranya adalah ulat grayak Heliothis sp. Kedua jenis hama ini akan menyerang tanaman stevia terutama bila penanaman dilakukan pada lahan bekas sayuran yang kurang perawatan.
Sedangkan jenis penyakit yang kemungkinan dapat ditemukan pada tanaman pemanis ini ialah cendawan Poria hypolateria yang menyebabkan timbulnya warna merah bata pada bagian batang dan akhirnya tanaman menjadi layu. Sumber inokulum dari penyakit tersebut adalah sisa akar dan sebaiknya perlu dilakukan sanitasi kebun untuk tindakan preventifnya. Jenis penyakit lain diantaranya adalah Sclerotium rolfsii dan Fusarium sp.
Hendaknya pemakaian insektisida, fungisida atau pestisida tidak dilakukan pada tanaman stevia, baik dalam rangka mencegah maupun mengendalikan hama serta penyakit. Karenanya perlu diusahakan agar kebun stevia mendapat perwatan yang khusus dan intensif.
Pemanenan daun stevia
Penentuan waktu dan cara panen bagi tanaman stevia harus dikuasai. Apabila lambat memanen, maka kandungan gula daun stevia menurun. Sebaliknya, apabila waktu panennya terlalu awal selain rendemen atau kandungan gula belum maksimal juga jumlah daun yang dihasilkan sedikit.
Untuk pertama kalinya daun stevia dipanen pada umur antara 40-60 hari setelah penanaman dan untuk pemanenan yang berikutnya bisa menggunakan selang waktu antara 30-60 hari sekali. Selain menggunakan pedoman tersebut, panen untuk daun stevia dapat juga didasarkan pada ketinggian tanaman. Biasanya, panen daun dilakukan kalau tanaman ini sudah setinggi 40-60 cm dengan pertumbuhan daun yang rimbun. Pada ketinggian seperti ini tanaman sudah mulai memasuki masa berbunga dan pada saat ini pula kandungan gula (steviosida atau zat yang menjadi penentu kadar kemanisan) tanaman sedang berada pada tingkat yang tertinggi.
Waktu yang terbaik untuk melakukan panen daun yaitu pagi hari, pemanenan dilakukan dengan memotong batang atau tangkai kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah. Alat yang dipakai untuk memotong batang atau tangkai dapat berupa gunting besar atau gunting pangkas yang tajam. Ketika panen, sisakan sebanyak 1-2 tangkai pada setiap tanaman supaya taaman yang baru dipanen itu dapat tumbuh kembali dengan baik. Selanjutnya batang atau ranting tersebut dirompes atau dipipil dan yang diambil hanya daun-daunnya saja.
Setelah melakukan pemanenan daun stevia secara tepat: usia / tinggi tanaman, kesuburan tanaman serta dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan gunting dahan yang tajam – berikutnya adalah langkah-langkah penanganan paska panen daun.
Paska panen daun
Paska penen daun stevia sangat perlu diperhatikan agar diperoleh kualitas daun yang baik. Daun-daun stevia hasil panen, harus secepatnya dipipil dari batang atau tangkai dan segera dikeringkan. Waktu pemipilan yang lambat dikhawatirkan akan dapat mengurangi kadar bahan pemanis di dalam daun. Sebab jika daun masih melekat pada batang atau tangkai maka proses perombakan bahan pemanis yang ada di dalamnya akan berlangsung. Jadi dengan lebih cepatnya dilakukan pemipilan daun setelah panen, maka diharapkan kadar pemanis dapat dipertahankan.
Pengeringan daun stevia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sinar matagari atau dengan alat pengering buatan. Apabila pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari, maka daun diletakkan di atas alas plastik, tampi, atau jenis alas lainnya. Bila keadaan cuaca baik, cara ini hanya membutuhkan waktu pengeringan sekitar 8 jam. Sedang pengeringan dengan menggunakan pengering buatan seperti oven, waktunya lebih cepat lagi yaitu sekitar 4 jam pada suhu 70 ºC.
Daun stevia yang telah kering warnanya hijau kekuningan. Daun stevia kering yang bermutu baik setidaknya harus memiliki kadar air maksimum 10%, kadar steviosida minimum 10% dan kadar kotoran maksimum 3 %. Apabila pengeringan daun dilakukan di atas suhu 70 ºC maka kadar steviosida akan sedikit mengalami penurunan. Sedangkan penggunaan suhu sampai 80 ºC selain akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar gula dalam daun juga akan timbul warna coklat kehitaman. Daun stevia yang mengalami keterlambatan pengeringan akan berwarna hitan karena terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme yang disertai perombakan senyawa steviosida. Fermentasi juga akan terjadi pada daun stevia yang terkena air yang juga akan menyebabkan kebusukan.
Daun-daun stevia yang telah dikeringkan selanjutnya dikemas. Biasanya daun dimasukkan ke dalam karung dengan berat 20 kg/bal. Dengan cara pengemasan yang baik dan tertutup rapat, daun stevia bisa disimpan sampai satu tahun bahkan lebih. Nilai ekonomi daun stevia dari 1 kg daun stevia basah akan diperoleh 0,20-0,25 kg daun kering (rendemen 20-25%). Sedang rendemen dari daun kering menjadi kristal gula stevia sekitar 0,8-1%. Dengan kata lain dari setiap 100 kg daun stevia kering akan didapatkan 0,8-1 kg gula.
Jika Stevia sebagai Tanaman Taman
Dengan menanam tanaman Stevia di halaman rumah Anda, pemanenan daun Stevia dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun selama tanaman sehat dan terus tumbuh - jadi akan selau tersedia pemanis sehat alami sepanjang tahun. Dan ini jauh lebih murah untuk menanam dan mengeringkan sendiri daun Stevia daripada membeli gula pasir yang relatif mahal dan kurang baik bagi kesehatan Anda.
Anda juga dapat membuat sendiri bubuk Stevia untuk mempermanis minuman dan menaburkannya pada buah atau makanan apapun yang Anda pilih. Apakah sulit menyiapkan bubuk daun stevia kering untuk persedian pemanis kita sepanjang tahun? Tidak !!!! Di negara tropis seperti di Indonesia, cukup mempergunakan berkah sinar matahari yang melimpah untuk mengeringkannya.
Inilah urutan proses pengeringan dan penyimpanan daun Stevia:
1. Potong dahan stevia setinggi 10-15 cm dari tanah, kemudian petik daunnya. Jangan menggunakan daun Stevia yang telah terkontaminasi dengan bahan kimia seperti insektisida, pestisida ataup pupuk kimia.
2. Cuci dan bilas daun Stevia bawah air yang mengalir sampai bersih.
3. Keringkan daun stevia dengan handuk bersih atau tissue, atau cukup ditiriskan sampai hilang airnya.
4. Letakkan daun tersebut di bawah terik matahari langsung.
5. Biarkan daun Stevia menjadi kering tetapi warna tetap hijau, renyah dan hancur bila disentuh. Kira-kira dibutuhkan 2-3 hari untuk mengeringkan daun stevia. Jangan terlalu lama mengeringkannya karena daun berubah warna menjadi coklat –dan akan menjadi kurang menarik lagi penampilannya.
6. Hancurkan daun stevia kering dengan menggunakan penggiling kopi (coffee grinder), atau Anda juga dapat menghancurkannya dengan menggunakan bagian belakang sendok dengan meletakkan daun kering dalam mangkuk atau menghancurkan daun kering dengan mortir .
7. Simpan bubuk daun Stevia dalam botol kaca bertutup di tempat yang sejuk dan kering.
Sekarang, kapanpun Anda butuh pemanis tinggal mengambilnya dari persediaan dan bila persediaan hampir habis Anda dengan mudah menyiapkan kembali bubuk daun stevia kering dengan cara-cara diatas.
Berbagai sumber tanaman herbal
Division : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Composite
Genus : Stevia
Spesies : Stevia rebaudiana Bertonii M.
Stevia adalah tanaman semak yang berasal dari famili Compositae. Tingginya ± 65 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang.
Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada stevia adalah stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak mengandung kalori (Tirtoboma,1988).
Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku pembuat gula atau pemanis alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada waktu kandungan stevioside maksimal yaitu tanaman telah berumur 40-60 hari, tinggi tanaman 40-60 cm, berdaun rimbun, dan menjelang stadium berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunaka gunting pangkas yang tajam (Rukmana, 2003).
Agar kadar kemanisan dapat dipertahankan daun harus segera dirempel/ dilepas dari dahannya dan dikeringkan setelah panen. Pasar ekspor menghendaki daun yang memiliki kadar air maksimal 10% dan kandungan kotoran maksimal 3%. Tanaman stevia sangat potensial dikembangkan sebagai bahan baku gula (pemanis) alami pendamping gula tebu dan pengganti gula sintetis. Kelebihan gula stevia antara lain tidak bersifat karsinogen dan rendah kalori (Paimin, 2004).
Stevia adalah suatu sumber bahan pemanis alami yang mempunyai tingkat kemanisan 200-300 kali lebih manis daripada gula tebu. Tanaman ini sudah lama digunakan sebagai bahan pemanis pada makanan dan minuman (Darmoko dan Oskari, 1984).
Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Secara vegetatif umumnya diperbanyak dengan stek batang. Perkembangbiakkan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatkan biji cukup sulit, waktu pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan stevioside tanaman induk lebih rendah (Lutony, 1993).
Para peneliti berusaha mencari dan menemukan bahan obat baik yang modern maupun tradisional. Kebijaksanaan Obat Nasional menyebutkan berbagai langkah penanggulangan diperlukan agar dapat dicapai hasil yang berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah zat pemanis dari Stevia rebaudiana Bertonii mempunyai sifat hipoglikemik atau tidak. Stevia rebaudiana Bertonii dapat digunakan sebagai makanan berkalori rendah bagi penderita diabetes, orang kegemukan dan penderita gigi berlubang.
Dengan hadirnya tanaman stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menggantikan kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis karena gula stevia ini mempunyai tingkat kemanisan yang mampu menandingi gula sintetis.
Saat ini pemakaian akan gula sintetis dan pemanis buatan telah berkembang di Indonesia bahkan hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan dikarenakan harga pemanis sintetis dan pemanis buatan jauh lebih murah dibanding dengan harga gula yang terus meningkat. Padahal efek yang akan ditimbulkan dari pemakaian pemanis tersebut apabila terus menerus digunakan akan sangat membahayakan kesehatan manusia.
Untuk itu perlu diadakan suatu penyuluhan kepada petani tentang budidaya tanaman stevia karena di Indonesia tanaman ini masih tergolong belum banyak dikenal sehingga apabila petani mampu membudidayakan dan mengembangkannya pasti akan dapat meningkatkan pendapatan mereka karena tanaman ini akan diminati banyak orang. Berikut ini adalah langkah-langkah membudidayakan stevia:
Pembibitan stevia
Penyediaan bibit stevia dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan benih, setek, anakan, dan kultur jaringan. Tetapi kebanyakan menggunakan setek karena lebih cepat dan praktis. Teknik pembibitan dengan setek dilakukan dengan menggunakan sungkup plastik kedap udara yang dinaungi sehingga suhu dalam sungkup rendah dan kelembabannya mendekati 100%. Sekitar 3-4 minggu kemudian setek sudah dapat dipindahkan ke lahan yang telah disediakan sebelumnya.
Penanaman stevia
Sebelum melakukan penanaman lahan dicangkul atau dibajak sebanyak dua kali sehingga diperoleh tekstur tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang kira-kira 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan dan lebar antara 100-125 cm. Ketinggian masing-masing bedengan cukup sekitar 20 cm. Apabila penanaman dilakukan pada lahan berkontur miring, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu.
Bibit ditanam dengan jarak tanam 25×25 cm atau 30×30 cm, sehingga setiap bedengan berisi 4-5 baris tanaman. Sebaiknya pada setiap lubang tanam diberi sekitar 250 g pupuk organik (pupuk kandang atau kompos). Waktu yang dianggap terbaik untuk menanam stevia adalah saat musim hujan agar persediaan air mencukupi dan tanaman cepat segar kembali (biasanya 1-2 hari setelah penanaman).
Setelah pembibitan dan penanaman stevia, kali ini kita akan membahas pemeliharaan, hama tanaman dan pemanenan daun stevia.
Pemeliharaan stevia
Pekerjaan terpenting di dalam pemeliharaan tanaman stevia adalah pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama serta penyakit. Satu minggu setelah ditanam, setiap tanaman perlu diberi pupuk buatan masing-masing 1 g Urea, 1 g TSP dan 1 g KCL. Pemberian pupuk buatan tersebut diulang lagi setiap kali stevia baru dipanen. Pada saat tanaman stevia berumur 2 minggu, sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membentuk percabangan sehingga produksi daun akan lebih banyak.
Tentu saja bila kita ingin memperoleh daun tanaman organik kita hanya mengganti pupuk kimia diatas dengan pupuk organik berupa pupuk kompos atau pupuk kandang.
Hama tanaman stevia
Hama yang mungkin menyerang stevia adalah kutu daun dan ulat. Hama yang berupa kutu diantaranya adalah kutu daun Aphis sp yang dapat merusak pucuk. Sedangkan hama yang berupa ulat diantaranya adalah ulat grayak Heliothis sp. Kedua jenis hama ini akan menyerang tanaman stevia terutama bila penanaman dilakukan pada lahan bekas sayuran yang kurang perawatan.
Sedangkan jenis penyakit yang kemungkinan dapat ditemukan pada tanaman pemanis ini ialah cendawan Poria hypolateria yang menyebabkan timbulnya warna merah bata pada bagian batang dan akhirnya tanaman menjadi layu. Sumber inokulum dari penyakit tersebut adalah sisa akar dan sebaiknya perlu dilakukan sanitasi kebun untuk tindakan preventifnya. Jenis penyakit lain diantaranya adalah Sclerotium rolfsii dan Fusarium sp.
Hendaknya pemakaian insektisida, fungisida atau pestisida tidak dilakukan pada tanaman stevia, baik dalam rangka mencegah maupun mengendalikan hama serta penyakit. Karenanya perlu diusahakan agar kebun stevia mendapat perwatan yang khusus dan intensif.
Pemanenan daun stevia
Penentuan waktu dan cara panen bagi tanaman stevia harus dikuasai. Apabila lambat memanen, maka kandungan gula daun stevia menurun. Sebaliknya, apabila waktu panennya terlalu awal selain rendemen atau kandungan gula belum maksimal juga jumlah daun yang dihasilkan sedikit.
Untuk pertama kalinya daun stevia dipanen pada umur antara 40-60 hari setelah penanaman dan untuk pemanenan yang berikutnya bisa menggunakan selang waktu antara 30-60 hari sekali. Selain menggunakan pedoman tersebut, panen untuk daun stevia dapat juga didasarkan pada ketinggian tanaman. Biasanya, panen daun dilakukan kalau tanaman ini sudah setinggi 40-60 cm dengan pertumbuhan daun yang rimbun. Pada ketinggian seperti ini tanaman sudah mulai memasuki masa berbunga dan pada saat ini pula kandungan gula (steviosida atau zat yang menjadi penentu kadar kemanisan) tanaman sedang berada pada tingkat yang tertinggi.
Waktu yang terbaik untuk melakukan panen daun yaitu pagi hari, pemanenan dilakukan dengan memotong batang atau tangkai kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah. Alat yang dipakai untuk memotong batang atau tangkai dapat berupa gunting besar atau gunting pangkas yang tajam. Ketika panen, sisakan sebanyak 1-2 tangkai pada setiap tanaman supaya taaman yang baru dipanen itu dapat tumbuh kembali dengan baik. Selanjutnya batang atau ranting tersebut dirompes atau dipipil dan yang diambil hanya daun-daunnya saja.
Setelah melakukan pemanenan daun stevia secara tepat: usia / tinggi tanaman, kesuburan tanaman serta dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan gunting dahan yang tajam – berikutnya adalah langkah-langkah penanganan paska panen daun.
Paska panen daun
Paska penen daun stevia sangat perlu diperhatikan agar diperoleh kualitas daun yang baik. Daun-daun stevia hasil panen, harus secepatnya dipipil dari batang atau tangkai dan segera dikeringkan. Waktu pemipilan yang lambat dikhawatirkan akan dapat mengurangi kadar bahan pemanis di dalam daun. Sebab jika daun masih melekat pada batang atau tangkai maka proses perombakan bahan pemanis yang ada di dalamnya akan berlangsung. Jadi dengan lebih cepatnya dilakukan pemipilan daun setelah panen, maka diharapkan kadar pemanis dapat dipertahankan.
Pengeringan daun stevia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sinar matagari atau dengan alat pengering buatan. Apabila pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari, maka daun diletakkan di atas alas plastik, tampi, atau jenis alas lainnya. Bila keadaan cuaca baik, cara ini hanya membutuhkan waktu pengeringan sekitar 8 jam. Sedang pengeringan dengan menggunakan pengering buatan seperti oven, waktunya lebih cepat lagi yaitu sekitar 4 jam pada suhu 70 ºC.
Daun stevia yang telah kering warnanya hijau kekuningan. Daun stevia kering yang bermutu baik setidaknya harus memiliki kadar air maksimum 10%, kadar steviosida minimum 10% dan kadar kotoran maksimum 3 %. Apabila pengeringan daun dilakukan di atas suhu 70 ºC maka kadar steviosida akan sedikit mengalami penurunan. Sedangkan penggunaan suhu sampai 80 ºC selain akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar gula dalam daun juga akan timbul warna coklat kehitaman. Daun stevia yang mengalami keterlambatan pengeringan akan berwarna hitan karena terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme yang disertai perombakan senyawa steviosida. Fermentasi juga akan terjadi pada daun stevia yang terkena air yang juga akan menyebabkan kebusukan.
Daun-daun stevia yang telah dikeringkan selanjutnya dikemas. Biasanya daun dimasukkan ke dalam karung dengan berat 20 kg/bal. Dengan cara pengemasan yang baik dan tertutup rapat, daun stevia bisa disimpan sampai satu tahun bahkan lebih. Nilai ekonomi daun stevia dari 1 kg daun stevia basah akan diperoleh 0,20-0,25 kg daun kering (rendemen 20-25%). Sedang rendemen dari daun kering menjadi kristal gula stevia sekitar 0,8-1%. Dengan kata lain dari setiap 100 kg daun stevia kering akan didapatkan 0,8-1 kg gula.
Jika Stevia sebagai Tanaman Taman
Dengan menanam tanaman Stevia di halaman rumah Anda, pemanenan daun Stevia dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun selama tanaman sehat dan terus tumbuh - jadi akan selau tersedia pemanis sehat alami sepanjang tahun. Dan ini jauh lebih murah untuk menanam dan mengeringkan sendiri daun Stevia daripada membeli gula pasir yang relatif mahal dan kurang baik bagi kesehatan Anda.
Anda juga dapat membuat sendiri bubuk Stevia untuk mempermanis minuman dan menaburkannya pada buah atau makanan apapun yang Anda pilih. Apakah sulit menyiapkan bubuk daun stevia kering untuk persedian pemanis kita sepanjang tahun? Tidak !!!! Di negara tropis seperti di Indonesia, cukup mempergunakan berkah sinar matahari yang melimpah untuk mengeringkannya.
Inilah urutan proses pengeringan dan penyimpanan daun Stevia:
1. Potong dahan stevia setinggi 10-15 cm dari tanah, kemudian petik daunnya. Jangan menggunakan daun Stevia yang telah terkontaminasi dengan bahan kimia seperti insektisida, pestisida ataup pupuk kimia.
2. Cuci dan bilas daun Stevia bawah air yang mengalir sampai bersih.
3. Keringkan daun stevia dengan handuk bersih atau tissue, atau cukup ditiriskan sampai hilang airnya.
4. Letakkan daun tersebut di bawah terik matahari langsung.
5. Biarkan daun Stevia menjadi kering tetapi warna tetap hijau, renyah dan hancur bila disentuh. Kira-kira dibutuhkan 2-3 hari untuk mengeringkan daun stevia. Jangan terlalu lama mengeringkannya karena daun berubah warna menjadi coklat –dan akan menjadi kurang menarik lagi penampilannya.
6. Hancurkan daun stevia kering dengan menggunakan penggiling kopi (coffee grinder), atau Anda juga dapat menghancurkannya dengan menggunakan bagian belakang sendok dengan meletakkan daun kering dalam mangkuk atau menghancurkan daun kering dengan mortir .
7. Simpan bubuk daun Stevia dalam botol kaca bertutup di tempat yang sejuk dan kering.
Sekarang, kapanpun Anda butuh pemanis tinggal mengambilnya dari persediaan dan bila persediaan hampir habis Anda dengan mudah menyiapkan kembali bubuk daun stevia kering dengan cara-cara diatas.
Berbagai sumber tanaman herbal
0 komentar :
Posting Komentar